Moral


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat luas dalam dimensi masyarakat. Malcolm Waters mengatakan bahwa ada tiga dimensi proses globalisasi yaitu globalisasi ekonomi, politik, dan budaya. Globalisasi yang merupakan universalisasi nilai-nilai menyebabkan kearifan lokal menjadi luntur.
Hal ini menyangkut dengan moral bangsa yang akan terpengaruh dengan moral luar, tentunya akan lebih kuat mempengaruhi karena dalam globalisasi negara-negara majulah yang akan menguasai. Mahasiswa adalah sosok warga negara yang memiliki tanggung jawab penuh, akan dibawa ke mana negeri ini untuk berlari. Apakah menuju kebangkitan yang saat ini begitu santer digalakkan atau justru menuju keterpurukan. Analisis dari kebangkitan dan keterpurukan di masa depan, berkaitan erat dengan kondisi agent of change saat ini. Agent of change yang dimaksud adalah para mahasiswa.
Moralitas mahasiswa merupakan unsur penting dalam proses, sejauh mana mahasiswa berperan pada pembangunan untuk menyambut kebangkitan. Moralitas dalam kajian ini tidak hanya berkaitan dengan salah satu nilai religi saja, melainkan secara umum.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah “moralitas” dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apa sebenarnya pengertian moral itu?
  2. Apa yang menjadi dasar dan sumber perbuatan baik (moral) menurut beberapa agama?
  3. Apa yang isu moralitas masyarakat Indonesia?
1.3.    Tujuan Penulisan
Dapat menjadi suatu bekal bagi para pendidik untuk menghadapi masalah dalam pendidikan. Mahasiswa agar dapat memahami secara menyeluruh mengenai moral.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Moral Secara Umum
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) moral artinya (1) ajaran tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak, budi pekerti , susila; (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan dan sikap batin dan bukan hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar, entah itu aturan hukum negara, agama atau adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari sebagai kewajiban mutlak.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ø  Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat.
Ø  Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar, baik, adil dan pantas.
Memiliki:
Ø  Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah.
Ø  Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku nilai benar dan salah.
Ø  Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.

2.2. Dasar Dan Sumber Perbutan Baik (Moral)
Masing-masing masyarakat mengajarkan perbuatan baik. Tetapi setiap masyarakat memiliki sumber dan dasar yang berbeda-beda dalam menentukan suatu sikap yang dianggap “baik”. Di bawah ini akan dipaparkan sumber perbuatan baik dari setiap masyarakat.
  1. Agama-agama Suku
Pada masing-masing suku kuno ada tata tertib yang mengatur keseluruhan perjalanan hidup alam semesta. Bagi masyarakat batak tata tertib itu disebut adat. Menurut Lothar, adat adalah pertama-tama sesuatu ysng berulang-ulang terjadi atau yang teratur datang kembali.
Bagi masyarakat suku adat merupakan tata tertib kosmik yang berasal dari nenek moyang, dan yang sekaligus juga dipercayai dari illah atau dewa. Oleh karena itu juga dipercayai sebagai sumber pengetahuan untuk membedakan yang baik dari yang jahat.
Adapun tugas manusia terhadap adat antara lain :
Pertama, untuk selalu menyelaraskan jalan hidup dengan tata tertib kosmis atau adat yang berlaku. Kehidupan yang dimaksud mulai dari : kelahiran-perkawinan-tabur-tuai dan kematian.
Kedua, manusia harus selalu berpedoman pada adat istiadat, agar tata tertib kosmis jangan sampai tersinggung.
Ketiga, tidak boleh melanggar larangan-larangan yang bersifat tabu yang sudah ditetapkan, karena tabu itulah yang melindungi seluruh kehidupan, baik manusia dan segala makhluk. Setiap pelanggaran terhadap peraturan kosmis ini akan menyebabkan hal-hal berikut :
Ø  Kemarahan dewa-dewi yang mengakibatkankan kurangnya berkat.
Ø  Kemandulan dan ketidakmampuan melahirkan keturunan.
Ø  Rusaknya sumber-sumber hidup.
Karena moral ditentukan oleh peraturan kosmis yang disebut dengan adat, tradisi dan kebiasaan yang diterima secara turun temurun, dapat kita bayangkan kenapa begitu kaku, ketat dan terikatnya masyarakat suku terhadap peraturan ini.

  1. Dalam Dunia Filsafat
Perkembangan dunia filsafat ditandai  muculnya ahli-ahli filsafat kuno. Mereka ini sokoguru dalam seluruh perkembangan filsafat hingga ke zaman modern. Mereka adalah : Sokrates, Plato, dan Aristoteles.
a.       Sokrates
Menurut Sokrates, etika atau moral adalah bertitik tolak dari kebaikan. Kebaikan adalah kebaikan dan pengenalan akan kebaikan. Orang yang baik adalah orang yang mengetahui kebaikan serta mau menyelaraskan hidupnya dengan kebaikan itu.
b.      Plato
Gagasan dan pemikiran Sokrates diteruskan dan dikembangkan oleh muridnya Plato. Itu sebabnya begitu kental antara pengajaran Plato dengan gagasan gurunya Sokrates. Menurut Plato, kebaikan arus bertitik tolak dari adanya pengenalan dan pengetahuan akan yang baik. Plato mengajarkan bahwa kebaikan mengandung dari 3 unsur, yaitu :
1.      Yang menyenangkan
2.      Yang berguna
3.      Yang indah
Disamping itu Plato juga mengajarkan bahwa didalam diri setiap manusia selalu ada 3 unsur yang paling penting, yakni :
  1. Ratio : unsur yang selalu diutamakan dan menjadi kunci pemahaman tentang kebaikan.
  2. Emosi tinggi : keberanian yang tinggi
  3. Emosi rendah : ketakutan, rasa malu, hawa nafsu.
c.       Aristoteles
Dalam etika Aristoteles diuraikan teori tentang hal-hal yang bernilai. Bagi Aristoteles segala seuatu mempunyai nilai (value). Yang dimaksud dengan sebutan segala sesuatu disini adalah semuanya baik yang baik maupun yang jelek, yang buruk, keuntungan, kerugian, kehidupan atau kematian, dll. Dalam pendirian Aristoteles terdapat pendirian yang bersifat relatif dan tidak ada kepastian terhadap ukuran-ukuran kebaikan. Dia mempergunakan istilah diantara. Sehingga kebaikan menurut Aristoteles adalah pertengahan diantara dua sifat yang bertentangan.
  1. Menurut Agama Kristen
Perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Kristen lahir sebagai buah iman, kepercayaan, dan pembenaran oleh Kristus Yesus. Orang kristen yang sudah menerima keselamatan dari Yesus Kristus akan otomatis berbuat baik tetapi hal itu bukan menumpuk amal atau pahala agar memperoleh keselamatn. Sebaliknya, karena ia sudah diselamatkan, maka ia harus berbuat baik.
Ada dua hal yang yang sangat prinsipil :
Pertama, karena dasar moralitas kristen adalah kasih. Kalau kita berbuat baik, kita harus terlebih dahulu percaya Firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Semua perbuatan baik kita harus atas kehendak Allah sebagaimana tertulis dalam kitab suci.
Kedua,  selain dasar kasih, manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Keseragaman dan kesegambaran manusia dengan Allah inilah yang menjadikan manusia berbuat baik, meniru Tuhan yang menciptakannya berhahekat demikian. Dengan mengikuti teladan Yesus Kristus, maka perbuatan baiknya orang Kristen harus semakin sempurna sebagaimana diajarkan Kristus (Mat. 5:48)
Disinilah hubungan yang erat antara etika dan moralitas dengan iman kristen. Perbuatan baik, etika, atau moral harus muncul dan lahir dari iman kepercayaan seseorang. Moralitas yang baik lahir dari iman yang baik.
2.3. Berbagai Isu Moralitas Sosial Yang Relevan Dengan Masyarakat Indonesia.
Budaya global yang dibangun dengan kemajuan dibidang ilmu, pengetahuan, teknologi khususnya teknologi media informasi telah membawa berbagai perubahan, terutama perubahan tata nilai dalam kehidupan manusia. Perubahan tata nilai ini beraspek ganda, pada satu sisi membawa kemajuan yang konstruktif, tetapi pada sisi lain membawa ragam-ragam kerusakan (destruksi) terhadap moral manusia.
Bangsa Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis multidimensional di bidang : ekonomi, politik, keamanan, budaya, agama, lingkungan hidup, dan lain sebagainya, sedang dihadapkan dengan krisis etika dan moralitas bangsa.  Beberapa jenis krisi yang terjadi antara lain :
Ø   Penyalahgunaan Narkoba dan Obat-obat terlarang
Ø   Free-Sex (Sek Bebas)
Ø   Hidup Porno
Ø   Tawuran dan tindakan kekerasan
Ø   KKN-sisip-suap-sogok
Ø   Konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Kelompok)
Ø   Kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.
3.2. Saran
Dalam hal-hal di atas yang telah penulis paparkan tentang moralitas, tiap-tiap orang harus dapat melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari sebagai kewajiban mutlak. Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan setiap moral dan moralitas masing-masing orang harus dapat di buktikan ditiap-tiap kehidupan setiap manusia, agar manusia juga dapat memiliki pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Moral"

Posting Komentar