ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN



BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Tiap-tiap aliran filsafat bukanlah merupakan usaha mengakhiri perbedaan-perbedaan prinsipil dari suatu ajaran. Tetapi justru di dalam kebebasan memilih dan mengembangkan ide-ide filsafat itu, asas filosofis yang menghormati martabat kemanusiaan setiap orang tidak hanya teroritis adanya, melainkan praktis, dilaksanakan. Inilah satu bukti dan jaminan konkrit kebenaran-kebenaran filsafat yang asasi.
Klasifikasi aliran-aliran filsafat pendidikan berdasarkan perbedaan-perbedaan teori dan praktek pendidikan yang menjadi ide pokok masing-masing filsafat tersebut. Demikian pula klasifikasi itu sendiri akan berbeda-beda menurut cara dan dasar yang menjadi kriteria dalam menetapkan klasifikasi itu. Misalnya ada yang membuat klasifikasi aliran filsafat pendidikan berdasarkan asas dichotomi yakni antara aliran progressive dan aliran conservative.
Tetapi klasifikasi yang demikian sukar untuk menampung adanya kenyataan bahwa masing-masing aliran yang relatif banyak itu mempunyai pula segi-segi yang overlapping. Karena itu tak akan ada sifat yang murni bagi suatu aliran untuk digolongkan sebagai konservatif semata-mata, jika kita cukup jujur untuk melihat adanya unsur-unsur progressif di dalamnya. Itulah sebabnya, perlu kita sadari bahwa klasifikasi aliran-aliran filsafat itu harus didasarkan atas penelitian yang mendalam dan sangat hati-hati.


BAB II PEMBAHASAN

II.1 Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
    Filasafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tenatng realitas, pengetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan . dalam filsafat terdapat berbagai aliran; sehubungan dengan itu maka dalam filsafat pendidikanpun terdapat berbagi aliran sesuai dengan aliran yang ada dalam filsafat. Tinjauan kritis dapat berwujud sebagai upaya penemuan kongruensi antara aliran-aliran filsafat pendidikan dengan filsafat Pancasila. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan secara konvergensi daripada filsafat pendidikan berdasrkan Pancasila
    Berikut ini adalah berbagai aliran-aliran filsafat pendidikan. Akan tetapi kami hanya membahas tiga aliran saja yaitu: Idealisme, Relisme, dan Materialisme.

1.    Aliran Idealisme
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individual dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
Dijelaskan bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia lewat indera memerlukan unsurnya priori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah itu bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itulah yang terarah keapda budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir di atas, belajar dapat didefenisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
Inti yang terpenting dari ajran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggapsuatu hakikat yang sebnarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealime berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia, demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya oleh karena itu adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru( Bakry, 1992: 56).
Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan alam, pikiran, rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita dimana manusia berpikir kepuasan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang disebut dengan idea.
Menurut paham idealism, guru harus membimbing atau mendiskusiakn dengan peserta didik bukan prinsip-prinsip eksternal, melainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Para ahli berpendapat bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari dalam peserta didik, bukan ddimasukkan atau dijejalkan kedalam diri peserta didik. Pendidikan bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan member kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman dari dalam diri seseorang. Bangunlah atau ciptakanlah kesempatan atau kondisi agar seseorang dapat membangun pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

2.    Aliran Realisme
System kefilsafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Kebanyakan orang akan tegas mengadakan pemilahan yang tajam antara tindakan akal yang menyadari suatu objek dengan objeknya itu sendiri. Defenisi kebenaran menurut penganut realisme adalah ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri ataukah tidak denagn mengadakan perbedaan antara apakah sesuatu yang senyatanya denagn bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu. Kita akan mengetahui apakah barang itu baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkan dari yang tampak.
Beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Comenius adalah sebagai berikut:
a.    Pelajaran harus didasarkan pada minat peserta didik
b.    Setiap mata pelajaran harus memiliki outline,garis besar proses belajar mengajar, silabus, an rencana pembelajaran, dan sudah ada pada awal pembelajaran
c.    Pada pertemuan awal atau permulaan pembelajran, guru harus menyampaikan informasi tentang garis-garis besar pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik.
d.    Kelas harus diperkaya dengan gambar-gambar, peta, afirmasi, foto, hasil karya peserta didik, dan sejenisnya yang berkaitan dengan kegiatan PBM yang diberikan/ dilaksanakan.
e.    Pembelajaran harus berlangsung secara berkesinambungan dengan pelajaran sebelumnya sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh dan mengikuti perkembangan pengetahuan secara terus menerus.
f.    Setiap aktivitas yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik hendaknya membantu untuk pengembangan hakikat manusia dan kepada peserta didik ditunjukkan kepentingan yang praktis dari seetiap system nilai
g.    Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua peserta didik




3.    Aliran Materialisme
Aliran materialism adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkan kebendaan menurut materialisme. Aliran ini, berpikir dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya, kenyataannya aliran ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang ada di semua ala mini ialah yang dapat dilihat atau diobservasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-peristiwanya.
Pada fokusnya aliran materialism sebagaimana ditegaskan Jalaludin dan Idi mengutamakan benda dan segala berawal dari benda demikian juga yang nyata hanya dunia materi. Segala kenyataan yang ada itu berdasrkan zat atau unsure dan jiwa, roh, sukma (idealism) oleh aliran materialism dianggapsejenis materi, tetapi mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan dengan sifat materi karena jiwa, roh, sukma, itu mempinyai naluri untuk bergerak dengan sendiri, sedangkan mempunyai gerakan yang terbatas sehingga tidak bebas dan kaku.
Karakteristik umum materialism (Sadulloh.2003) berdasarkan suatu asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam rung. Asumsi tersebut adalah:
a.    Semua sains seperti: Biologi, Kimia, Psikologi, Fisika, Sosiologi, Ekonomi, dan lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara klausa (sebab-akibat). Jadi semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
b.    Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dari segala kegiatannya (berpikir, memahami) adalah merupakan suatu grakan yang kompleks dari ottak, sisteem urat ssaraf, atau organ-organ jasmani lainnya.
c.    Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan, serta kebebasan, hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan, symbol subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi, semau fenomena baik, baik fenomena social maupun fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari relitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.
Pendidikan, dalam hal ini proses belajar mengajar merupakan kondionisasi lingkungan yakni perilaku akan muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan. Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah dapat diamati dan diukur. Hal ini mengandung makna dalam proses pendidikan penting keterampilandan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku social sebagai hasil belajar. Disamping itu dalam pendidikan sangat diperlukan adanya penguatan yang akan meningkatkan hubungan antara stimulus dan respon aksi dan reaksi.


BAB III
KESIMPULAN

Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga filsafat mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran. (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu. 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN"

Posting Komentar