Jenis-jenis dan Prosedur Penggunaan Metode Mengajar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga, tim penulis bisa menyelesaikan makalah dengan materi “Jenis-jenis dan Prosedur Penggunaan Metode Mengajar”.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini , tentu peranan berbagai pihak sangatlah penting. Dengan bekerja sama dengan para anggota maka, kami berusaha menuangkan pikiran dan waktu agar dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, dan bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan kami sendiri sebagai penulis. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Marusul Hasibuan, selaku dosen pembimbing dan dosen bidang studi ”Strategi Belajar Mengajar“, dan kepada rekan-rekan yang telah turut bekerja sama dalam proses pembuatan makalah ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan, pikiran, dan waktu, maka penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif , dan membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Medan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Jenis Metode Mengajar Berdasarkan Aspek Pendekatan Pengajaran...... 3
B. Jenis Metode Mengajar Berdasarkan Aspek Pengorganisasian Siswa..... 10
PEMBAHASAN
JENIS-JENIS DAN PROSEDUR PENGGUNAAN METODE MENGAJAR
A. Jenis Metode Mengajar Berdasarkan Aspek Pendekatan Pengajaran
Dari aspek pendekatan pengajaran dikenal jenis-jenis metode berikut: Problem solving, inquiry discovery, teknik klasifikasi nilai, ekspository, role playing, dan simulasi.
1. Metode Problem Solving
a. Pengertian
Dalam memecahkan problem-problem baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berfikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggung jawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan metode problem solving dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran. Metode ini memusatkan kegiatan pada murid. Jadi berbeda dengan metode ceramah yang mengutamakan guru
Metode ini telah mendorong anak untuk berfikir secara sistematis dengan menghadapkannya pada problem-problem. Jika anak-anak telah terlatih dengan metode ini, mereka diharapkan dapat menggunakannya dalam situasi-situasi problematis dalam hidupnya.
b. Langkah-langkah dalam memecahkan masalah ilmiah
Menurut John Dewey, pada pokoknya langkah-langkah yang harus dicapai dalam memecahkan masalah sebagai berikut:
1) Menyadari adanya masalah
2) Memahami hakikat masalah dengan jelas
3) Mengajukan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Analisis dan sintesis data
6) Mengambil kesimpulan
7) Mencoba dan menerapkan kesimpulan
8) Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah
2. Metode Discovery dan Inquiry
a. Pengertian
Ditinjau dari arti katanya, “discover” berarti menemukan dan “discovery” adalah penemuan. Sedangkan “inquire” berarti menyatakan, meminta keterangan atau menyelidiki dan Inquiry berarti penyelidikan.
Dalam hubungannya dengan metode discovery-inquiry, Robert. B. Menyatakan bahwa “discovey” adalah proses mental dimana anak/individu mengasimilasi konsep dan prinsip.
Jadi, seseorang siswa dikatakan melakukan “discovery” bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Proses-proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan mengambil kesimpulan.
Pada inquiry, proses-proses lebih luas dari pada discovery. Inquiry mengandung proses-proses mental yang tingkatnya lebih tinggi dari pada discovery. Proses-proses mental yang terdapat pada inquiry ini diantaranya: merumuskan problema, membuat hipotesis, mendisain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan, dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
b. Pertanyaan dalam Pengajaran Inquiry
Dalam pengajaran inquiry, guru jarang sekali menerangkan, tetapi ia banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pertanyaan-pertanyaan guru dapat membantu siswa menyadari kearah mana mereka harus berfikir. Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai pada setiap individu siswa sedemikian rupa sehingga merekalebih mampu mengorganisasikan pendapat serta dapat lebih meningkatkan pengertian-pengertian terhadap segala sesuatu yang sedang dibahas.
Dapat dimengerti bahwa guru harus terampil menyusun berbagai bentuk atau jenis pertanyaan. Sebelum menyusun pertanyaan, guru harus lebih dahulu menetapkan proses berfikir, jenis pengembangan bakat atau kemampuan-kemampuan lain yang diharapkan berkembang pada siswa.
c. Diskusi dalam Pengajaran Inquiry
Dalam diskusi diharapkan terjadi interaksi antara siswa, guru, dan pertama juga diharapkan terjadinya interaksi antara siswa-siswa secara optimal. Pada diskusi, guru dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan mental siswa sesuai dengan yang telah direncanakan. Siswa lebih banyak terlibat sehingga tidak hanya mendengarkan informasi atau ceramah dari guru saja, melainkan mendapat kesempatan untuk berfikir.
d. Kebaikan
1. perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan/memproses keterangan dengan inquiry approach dapat dikembangkan seluas-luasnya.
2. Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi
e. Kelemahan
1. Belajar mengajar dengan inquiry approach memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdaas, hasilnya kurang efektif.
2. Inquiry approach kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya SD.
Pengajaran metode discovery inquiry ini selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam masalah – masalah yang dibahas. Siswa deprogramkan agar selalu aktif, secara mental maupun secara fisik. Materi yang disajikan guru, tidak begitu saja diterima oleh siswa. Siswa diusahakan sedemikian rupa agar mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep – konsep yang direncanakan oleh guru. Disamping itu dengan pengajaran discovery iqury ini, mereka dapat berlatih melakukan proses – proses ilmiah atau metode ilmiah, yang akibatnya akan lebih menanamkan sikap ilmiah dengan baik.
3. Metode Sosiodrama (Role Playing)
a. Pengertian
Metode Roll Playing disebut juga sosio drama maupun bermain peranan. Sosio drama dapat diberi batasan: Suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau peenghayatan seseorang, seperti yang dilakukannya dalam hubungan social sehari – hari dalam masyarakat.
Dengan cara belajar mengajar semacam ini, para siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu sikap, tingkah laku atau penghayatan atau sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan secara spontan.
Hasilnya akan memantapkan tingkah laku seandainya siswa dapat memnggunakannya sebagai bahan perbandingan, seandainya mereka nanti mengalami sendiri kejadian seperti didramatisasikan tadi.
b. Penggunaan Sosio drama ini bertujuan:
1. menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi situasi sosial tertentu.
2. menggambarkan bagaimana cara pemecahan suatu masalah sosial.
3. menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap sikap atau tinggkah laku dalam situasi sosial tertentu.
4. memberikan pengalaman untuk menghayati situasi – situasi sosial tertentu.
5. Memberikan kesempatan untuk meninjau suatu situasi social dari berbagai sudut pandang tertentu.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil :
1. Guru
Guru tidak boleh bersikap apriori. Setiap individu akan menghayati situasi social menurut caranya sendiri. Apa yang ia lakukan, keputusan apa yang akan ia pilih jika ia berada dalam situasi social seperti itu, semua harus diserahkan kepada pemeran yang bersangkutan.
2. SiswaDramatisasi ini akan berhasil kalau para siswa yang berperan menjiwai situasinya, dapat menghayati situasinya, dapat bertingkah laku dan dapat bersikap seperti dalam situasi social yang sesungguhnya.
3. Bahan.
Suatu yang di dramatisasikan akan baik hasilnya, jika bahan itu cocok dengan pemeran yang akan memerankanya. Bahan harus diipilih dengan cermat. Kriteria yang harus diperhatikan antara lain:
a. Bahan harus sesuai dengna perkembangan siswa.
b. Bahan harus memperkaya pengalaman sosial siswa.
c. Bahan harus cukup mengandung sikap dan perbuatan yang akan di dramatisasikan siswa.
d. Bahan hendak nya tidak mengandung adegan-adegan yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, agama, dan kepribadian bangsa Indonesia.
d. Penggunaan metode.
Metode ini digunakan bila :
1. Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang dimaksud.
2. Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu.
3. Memberikan kesempatan untuk menilai atau member pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing.
4. Belajar menghayati sndiri keadaan “seandainya saya berada dalam situasi sosial yang dialami sekarang ini (yang disosiodramakan)”.
5. Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan penghaayatan sendiri mengenai suatu situasi sosial tertentu dengan mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan keterangan secara lisan.
6. Memberikan gambaran mengenaibagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
e. Kebaikan.
1. Memperjelas situasi sosial yang dimaksud.
2. Menambaha pengalaman tentang situasi sosial tertentu.
3. Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam suatu situasi sosial dari bebagai sudut.
f. Kekurangan.
1. Situasi sosial yang di dramatisasikan hanyalah tiruan.
2. Situasi ini dalam kelas berbeda dengan keadaan yang ada di dalam masyarakat.
4. Simulasi
a. Pengertian
Menurut arti katanya, simulasi (simulation) berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja. Sebaga metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Simulasi sering sekali dikaitkan dengan permainan. Terdapat perbedaan diantara kedua permainan tersebut. Di dalam permainan (games), para pemain melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan lawannya. Dalam simulasi, unsur persaingan, mencapai kemenagan dan peristiwa tersebut tidak ada, sehingga simulasi lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan daripada permainan.
Bentuk-bentuk simulasi dapat dilakukan dari yang paling sederhana sampai kegiatan yang paling kompleks, misalnya tiruan perbuatan atau peranan anggota-anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) dalam menghadapi suatu masalah, tiruan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (jual beli di pasar dan sebagainya).
b. Tujuan Simulasi
Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari sittusi yang hamper serupa dangan kejadian yang sebenarnya.
2. Untuk melatih siswa menguasai kketerampilan tertentu, baik yang berssifat professional maupun yang penting bagi kehidupahn sehari-hari.
3. Untuk pelatihan memecahkan masalah.
4. Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.
5. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasi-situasi masyarakat di sekitarnya.
6. Untuk melatih dan membantu siswa dlam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antar manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendaapat orang lain, dan menumpuk daya kreativitas siswa.
Dengan demikian, penggunaan simulasi dalam proses belajar mengajarsesuai dengan kecenderungan pengajaran modern sekarang, yaitu meninggalkan pengajaran yang bersifat pasif, menuju kepada pembelajaran siswa yang bersifat individual dan kelompok kecil, heuristic (mencari sendiri perolehan) dna aktif (CBSA). Sesuai dengan hal itu, simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar, ialah :
1. Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru maupun siswa mengambil bagian di dalamnya.
2. Simulasi pada umumnya bersifat pemecah masalah yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan interdisiplin di dalam belajar. Di samping itu, juga mempraktekkan keterampilan-keterampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
3. Simulasi adalah model mengajar yang bersiafat dinamis dalm arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah yang membuthkan keluwesan dalam berpikir dan memberikan jawaban terhap keaadaan yang ceppat berubah.
(Derick, U dan McAleese, R, 1978 : 704)
c. Peranan Guru dalam Simulasi
Ada 3 peranan yang dapat dilakuka guru dalam memimpin atau mengelolah simulasi bagi siswa-siswa, ialah :
1. Menjelaskan (explaining) : siswa sebagai pemain/pemegang peran perlu memahami garis besar berbagai aturan dari kegiatan atau peralatan yang diperlukan, atau tentang implikasi dalri setiap tindakan yang ia lakukan. Dalam hal ini, guru dapat memberikan penjelasan sekedarnya kepada siswa. Pemahaman siswa terhadap pokok kegiatan simulasi serta implikasi-implikasinya akan menjadi lebih jelas setelah siswa melakukanya sendri atau stetelah dilakukan diskusi.
2. Mewasiti (refereeing) : guru harus membentuk kelompok-kelompok dan membagi siswa ke dalam kelompok atau peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswa. Selain itu, guru harus mengawasi partisispasi siswa dalam permainan simulasi, di sini guru bertindak sebagai seorang wasit (pengawas) yang menyelenggarakan aturan-aturan permainan agar ditaati oleh siswa.
3. Melatih (coaching) : guru juga harus bertindak sebgaai seorang pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa agar mereka dapat bermain/berperan dengan baik. Dalam kegiatan simulasi, keterampilan professional, peranan guru sebagai pelatih dan supervisor ini sangat penting.
4. Memimpin Diskusi (discussing) : selama permainan berlangsung, guru akan memimpin kelas (siswa) dalam suasana diskusi, misalnya membicarakan tanggapan siswa dan kesukaran yang dijumpai, cara-cara untuk menguji kebenaran permainan/pelatihan, dan bagaimana permainan simulasi itu dinyatakan dengan kehidupan yang sebenarnya. (Dhlan, M.D., 1984 : 158-160).
d. Pelaksanaan Simulasi
Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Didalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domein efektif (misalnya : menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong dan sebagainya, domein psikomotorik (misalnya keterampilan berbicara, bertanya, berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir, dan sebagainya) dan domein kognitif (misalnyamemahami konsep-konsep tertentu, pengertian, teori, dan sebagainya). Di samping itu, dalam simulasi juga harus dapat dilakukan klerisasi antara beberapa bidag studiatau disiplin (pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalm situasi tersebut, hubungan sebab-akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah.
e. Sumber Bahan dan Alat-Alat Simulasi
Sumber-sumber bahan untuk simulasi dapat diambil dari:
1. Buku pelajaran
2. Kejadian-kejadian yang nyata dan actual dalam masyarakat.
3. Surat kabar, majalah, radio, televisi.
4. Problema-problema kehidupan sekolah sendiri.
5. Buku-buku khusus tentang simulasi.
Alat-alat untuk melakukan kegiatan simulasi dapat berupa:
1. Gambar-gambar, foto, peta, maket, benda model, dan sebagainya.
2. Tiruan perlengkapan
3. Alat-alat khusus sesuai dengan topic.
4. Perangkat keras, audio-visual aids; radio, video, tape kaset recorder, film, CCTV, dan lain-lain.
f. Kelemahan-Kelemahan Simulasi
1. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan peralatan tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa.
2. Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak dituntut terlalubanyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan kurang tepat.
3. Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah.
4. Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya., sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan satu dengan yang lain ( misalnya: pedagang yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga turun ).
B. Jenis Metode Mengajar Berdasarkan Aspek Pengorganisasian Siswa
Yang termasuk metode in antara lain :
1. Karyawisata
a. Pengertian
Suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa para siswa mengunjungi objek yanga akan dipelajari, yagn biasanya terletak di luar kelas.
b. Tujuan
Agar siswa mengetahui objek sebagaimana adanya/kongkret. Mereka mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam hal melihat, mendengar, meraba, melakukan sendiri segala sesuatu yang berkenaan dengan objek tadi. Kesalahan umum yang dilakukan para guru ialah menyamakan metode karyawisata in dengan piknik. Piknik ke Candi Borobudur berbeda dengn karya wisata ke Candi Borobudur.
c. Metode karyawisata dipergunakan apabila :
1. Objeknya terlalu besar
2. Objeknya terlalu berat.
3. Objeknya tidak dapat dipindahkan/dibawa ke dalam kelas.
4. Objeknya tidak boleh dipindahkan.
5. Objeknya mudah/akan rusak, berubah,mati jika dibawa kedalam kelas
6. Objeknya berbahaya bila dibawa kedalam kelas
7. Objeknya hanya terdapat disuatu tempat tertentu.
8. Objeknya hanya terdapat disuatu tempat tertentu dan dalam musim tertentu.
9. Objeknya adalah benda/tumbuh-tumbuhan/hewan yang terlarang menurut undang-undang yang berlaku.
d. Kebaikannya
1. Para siswa dapat mengamati objek ditempat dimana objek ini berada dalam kondisi dan situasi yang asli.
2. Para siswa belajar sebagaimana cara-cara melakukan observasi dan membuat laporan yang baik dan benar.
3. Para siswa belajar melakukan observasi secara cermat.
4. Verbalisme dapat dilenyapkan.
5. Memperkaya pengalaman dan pengetahuan tentang objek dan alam sekitarnya.
6. Membangkitkan gairah belajardengan pengubahan metode belajar.
e. Kekurangannya
1. Pada umumnya akan mengunakan jam pelajaran yang banyak sehingga menggangu jam mata pelajaran yang lainnya.
2. Tidak semua siswa memperhatikan objek yang sama sehingga pengetahuan mereka tidak sama.
3. Jika suatu objek dijelaskan oleh petugas, belum tentu semua siswa akan mendengarkan dan belum tent8u juga petugas tersebut cukupjelas menerangkannya. Sebagaimana diketahui tidak semua siswa dapat menangkap pembicaraan dan mencatatnya dengan tulisan yang tepat.
4. Sukar untuk mempertahankan disiplin dan ketertiban.
5. Kelelahan dalam perjalanan dapat mengurangi gairah dalam melakukan observasi, tanya jawab atau wawancara.
6. Adanya tambahan pengeluaran uang untuk pembiayaan perjalanan karyawisata bagi siswa.
7. Pada umunya, dorongan untuk berkreasi lebih besar daripada melakukan observasi, tanya jawab, dan mencatat data-data yang diperlukan.
8. Kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh sering mengakibatkan para siswa tidak dapat belajar lagi sekembalinya mereka di sekolah.
2. Kerja Kelompok
a. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih untuk suatu kerja atau suatu tujuan. Kelompok belajar adalah kelompok siswa yang mengerjakan pelajaran secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Kerja kelompok akan berdaya guna dan berhasil guna apabila kelompok tersebut mempunyai tujuan tertentu. Setiap anggota kelompok sadardan mampu menghayati peran sertanya serta member sumbangsih(partisipasi) sesuai dengan tujuan kelompoknya. Dengan demikian, tidak semua kumpulan 2 orang atau lebih ( siswa yang menggerombol ) dapat disebut kelompok dalam rumusan proses belajar mengajar. Pengertian kelompok belajar ini mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:
1. Adanya rasa persatuan diantara anggota-anggotanya
2. Anggota-anggitanya sanggup bekerja dan bertindak bersama untuk tujuan bersama-sama dalam keadaan yang sama-sama mereka hadapi.
3. Interaksi secara sadar terjadi diantara anggotanya. Penggunaan metode kerja kelompokm dalam proses belajar-mengajar menuntut pemecahan kelas menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok anggotanya dapat terdiri dari 3 sampai 7 orang siswa.
b. Aspek-aspek kerja kelompok
Struktur interaksi kerja kelompok dibentuk dan ditentukan oleh aspek-aspek dari kerja kelompok sebagai berikut:
1. Tujuan
Setiap bentuk kerja kelompok mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini merupakan factor pengikat yang penting dalam kelompok dan akan memberi ciri terhadapa aspek-aspek yang lain. Kejelasan dan kemantapan tuhuan bahkan menentukan kecocokan ikatan kelompok.
2. Kepemimpinan
Unsur kepemimpinan sangat diperlukan agar kelompok secara efisien dapat mencapai tujuannya (menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada kelompok) maka diperlukan pemimpin kelompok (ketua kelompok) dimana penetapan ketua kelompok dilakukan dengan pendekatan demokratis artinya mempercayakan penunjukan pimpinanan kelompok pada angota-anggota kelompok yang bersangkutan.
3. Norma
Mekanisme interaksi antar anggota kelompok berlangsung sesuai norma/aturan kelompok dimana ditetapkan bagaimana kerja kelompok akan dilaksanakan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anggota-anggotanya. Dengan norma ini, akan terjamin keteraturan dan ketertiban kelangsungan interaksi antar anggota kelompok. Selain itu diperlukannya kesadaran kelompok untuk menaati norma-norma yang ada dan dalam hal ini pimpinan kelompok mempunyai peranan untuk memberlakukan norma tersebut dalam kerja kelompok.
4. Interaksi
Adalah komunikasi tatap muka antar sesama anggota dalam bentuk bicara, mendengarkan, bertanya, menjawab atau komunikasi nonverbal. Dengan interaksi inilah setiap anggota kelompok akan memberikan partisipasi secara aktif yang akan memberikan kelancaran dalam penyelesaian tugas.
5. Perasaan
Perasaan kelompok adalah perasaan yang timbul karena kesetiakawanan, persatuan, dan kesatuan di antara sesama anggota kelompok dalam rangka pelaksanaan/penyelesaian tugas yang dibebankan kepada kelompoknya. Perasaan kelompok ini dapat menciptakan kerja kelompok yang berpengaruh besar terhadap produktivitas kelompok.
c. Manfaat Kerja Kelompok
1. Mendorong ttumbuh dan berkembangnya cara berpikir kritis dan analitis secara optimal.
2. Memacu motivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis dalam menghadapi permasalahan.
3. Menumbuhkan sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
4. Mendorong tumbuhnya sikap demokrasi.
5. Melatih siswa untuk saling bertukar pendapat secara objektif, rasonal, dan sistematis dalam beragumentasi guna menemukan kebenaran dalam kerjasama antar anggota kelompok.
6. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat secara terbuka.
7. Melatih siswa untuk mandiri dalam menghadapi masalah.
8. Melatih kepemimpinan masalah.
9. Memperluas wawasan siswa.
10. Merupakan wadah efektif untuk kegiatan belajar mengajar.
d. Pengelompokan Siswa
1. Jangka waktu bekerjanya kelompok : dapat dibagi dua jenis yaitu : kelompok jangka pendek dan kelompok jangka panjang. Kelompok jangka pendek dibentuk untuk menyelesaikan tugas yang dapat diselesaikan dalam beberapa menit dan kemudia bubar. Sedangkan kelompok jangka panjang dibentuk untuk bekerja dan belajar sama selama beberapa hari, minggu atau bulan.
2. Besar kecilnya kelompok : dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: kelompok kecil (2-3 orang), kelompok sedang ( 3-7 orang), dan kelompok besar ( 9-15 orang). Sedangkan kelompok ideal beranggota 5 – 7 orang.
3. Dasar yang dipakai untuk pembagian kelompok, misalnya berdasarkan jenis kelamin, tempat duduk, kemampuanbakat, sifat tugas atau pekerjaan yang perlu diselesaikan/dilakukan segera secara random.
Bentuk kerja kelompok menurut Donal A Bligh dapat berupa tutorial, seminar, diskusi kelompok, kelompok sindikat, sosiodrama dan role playing, problem centered group dan proyek.
3. DISKUSI
a. Pengertian
Diskusi berasal dari kata “discum” (bahasa latin) dan “discussio” (bahasa inggris) yangartinya adalah interaksi. Adapun menurut istilah adalah :
1. Interaksi yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini perilaku yang satu memberiinformasi, merubah, memperbaiki, atau menerima suatu/sesuatu dari yang lain.
2. Sebagai wahan respon antara pribadi yang akhirnya menghasilkan kesepakatanbersama .
3. Pertemuan untuk bertukar pikiran tentang suatu masalah.
b. Tujuan
1. Menanamkan dan mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat sendiri.
2. Mencari kebenaran secara jujur melalui pertimbangan-pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda antara satu dengan yang lain.
3. Melatih diri menemukan kesepakatan pendapat melalui musyawarah karena masalahnya benar-benar dimengerti, bukan karena paksaan atau terpaksa menerima, atau kareana kalah dalam pemungutan suara.
4. Memberikan suasana kelas yang hidup mendekati suasana kehiupan sehari –hari yang sesungguhnya.
c. Kapan metode diskusi dilaksanakan?
Metode diskusi dapat dilaksanakan bila ada kejelasan bahan yang akan didiskusikan, kesiapan para siswa yang akan mendiskusikan, tujuan yang akan dicapai, dan dukungan sarana diskusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran diskusi: guru harus menguasai pelaksanaan metode diskusi, siswa-siswa harus memahami cara-cara berdiskusi, materi harus dapat didiskusikan, dan kondisii dan situasi kelas memungkinkan berlangsungnya diskusi.
d. Kelebihannya
1. Memperoleh pendapat melalui musyawarah
2. Adanya kebebasan mengemukakan pendapat sendiri.
e. Kekurangannya
1. Sukar menentukan topic diskusi
2. Waktu yang digunakan banyak
3. Tidak semua siswa berani mengemukakan pendapat
f. Jenis - Jenis Diskusi
1. Diskusi panel
Diskusi panel merupakan suatu jenis pertemuan yang mengundang pembicara-pembicara yang memliki keahlian di bidang tertentu untuk mendiskusikan pendapat mereka di depan hadirin. Kemudian hadirin diminta untuk berpartisipasi dengan cara mengemukakan pendapat atau tanggapan mereka atas apa yang dikemukakan pembicara. Organisasi diskusi panel terdiri dari : ketua, pencatat, panelis, dan peserta.
a. Tugas Ketua diskusi panel:
1. Mengatur giliran berbicara para panelis
2. Merangkum, menyimpulkan, merumuskan pendapat yang telah diuraikan panelis
3. Memberikan dorongan kepada peserta untuk menanggapi apa yang telah diuraikan panelis
4. Menyebutkan nama peserta yang akan menyampaikan pertanyaan atau tanggapan atas uraian panelis.
b. Tugas pencatat:
1. Mencatat semua uraian panelis maupun pembicara lainnya.
2. Membuat ringkasan semua bahan yang masuk dan segera disampaikan kepada ketua setelah pembicara selesai menyampaikan uraiannya.
3. Mencatat semua nama peserta yang akan berbicara/beri tanggapan/bertanya setelah panelis berbicara dan langsung memberikan nama tersebut kepada ketua.
c. Tugas panelis:
1. Membahas topik menurut keahliannya masing-masing
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan para peserta.
d. Tugas peserta:
1. Mendengarkan dengan kritis uraian panelis.
2. Mengemukakan pertanyaan dan tanggapannya mengenai pandangan panelis.
3. Mencatat hal-hal yang dipandang penting.
2. Diskusi “Buzz Group”
Diskusi buzz group adalahh diskusi yang tujuannya untuk memperoleh hasil pembahasan yang cepat mengenai masalah tertentu dengan cara membahas dari berbagai sudut pandang.
Pelaksanaannya
1. Menentukan topik.
2. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok ( 5-8 orang/ kelompok).
3. Memilih ketua umum dan pencatat umum.
4. Setiap kelompok menentukan ketua kelompok dan pencatat kelompok.
5. Setiap kelompok membahas topik dari sudut pandang tertentu (tugas ditentukan guru).
6. Menentukan waktu yang digunakan untuk pembahasan.
7. Hasil diskusi kelompok kecil disampaikan pada diskusi kelompok besar yang diatur oleh ketua umum.
8. Pencatat umum mencatat dan membuat kesimpulam dari masing-masing kelompok.
9. Pada waktu pembahasan kelompok berlangsung, guru dapat berpindah-pindah dari kelompok yang satu ke kelompok lainnya untuk memberikan pengarahan.
3. Workshop (Bengkel Kerja atau Lokakarya)
Bentuk ini sebenarnya merupakan metode diskusi dengan pengorganisasiannya khusus agar setiap kelompok dapat bekerja secara intensif dan efisien untuk memecahkan problem/topik.
Pelaksanaannya
1. Topik telah ditetapkan lebih dahulu.
2. Topik dibagi dalam beberapa subtopik.
3. Para siswa dibagi dalam beberapa kelompok (@ 5 orang siswa)
4. Setiap kelompok memilih ketua dan penulis kelompok.
5. Dipilih ketua umum dan penulis umum.
6. Setiap kelompok mendapat tugas membahas subtopik tertentu. Kelompok terdiri dari para anggota yang memiliki keahlian tertentu yang sesuai dengan subtopik yang akan dibahas.
7. Disediakan buku-buku sumber dan narasumber bagi kelompok untuk membantu kelompok dalam memecahkan masalahnya.
8. Waktu yang disediakan untuk pembahasan dalam kelompok harus cukup banyak/longgar.
9. Selesai pembahasan dalam kelompok diadakan “siding pleno”. Didalam forum ini, setiap ketua kelompok melaporkan hasil kerjanya. Siding pleno dipimpin oleh ketua umum.
10. Selesai laporan dari setiap kelompok, dibuka diskusi umum untuk menanggapai laporan/member saran kepada kelompok.
11. Selesai siding pleno, peserta kembali kedalam kelompoknya masing-masing untuk memperbaiki/ menyempurnakan hasil diiskusi.
12. Tahap akhir siding pleno kedua yang menampung hasil perbaikan dari masing-masing kelompok.
13. Guru dapat bertindak sebagai narasumber dan pengawas kelancaran lokakarya.
4. Proyek/Unit
Pengajaran proyek/unit didefenisikan sebagai suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang ditujukan pada suatu masalahuntuk dipecahkan secara utuh, yang memiliki arti tersendiri.
a. Ciri-ciri pengajaran unit :
1. Memiliki tujuan yang luas dan menyeluruh.
2. Perencanaan bersama.
3. Berpusat pada suatu masalah yang luas.
4. Berpusat pada kegitan siswa.
b. Langkah-langkah pengajaran unit,
Langkah permulaan :
a. Guru memulai mendorong/memotivasi para siswa untuk memutuskan perhatian mereka kepada situasi belajar.
b. Bersama para siswa akhirnya guru dapat menetapkan pokok-pokok yang akan dijadikan unit.
c. Menetapkan aspek-aspek yang berhubungan dengan masalah yang telah ditetapkan secara rinci.
d. Merumuskan pengetahuan yang berhubungan dengan pengajaran unit. Diharapkan para siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
e. Menetapkan kelompok siswa yang didasarkan atas tujuan yang akan dicapai oleh kelompok tersebut.
f. Menetapkan organisasi kelas.
g. Menetapkan langkah-langkah kerja unit.
Langkah mengerjakan unit.
a. Mengatur bahan untuk dikerjakan.
b. Kelompok-kelompok mengatur ruang kerja.
c. Melaksanakan pekerjaan.
d. Menyampaikan laporan kemajuan/kekurangan perseorangan/kelompok kepada ketua unit.
e. Menyiapkan laporan kelompok dalam rangka kulminasi.
Langkah kulminasi
Ini adalah langkah puncak/akhir pengajaran unit. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana hasil yang dicapai siswa dalam pengajaran unit ini. Kegiatan ini meliputi laporan setiap kelompok, penilaian dan kemungkinan-kemungkinan untuk pengajaran unit berikutnya.
c. Jenis-jeni pengajaran unit
Berdasarkan cara mengorganisasi, kebutuhan anak dan waktu yang digunakan, dikenal beberapa jenis pengajaran unit :
1. Ditinjau dari organisasi kurikulum, ada dua jenis unit :
a. Subjek matter unit
Unit semacam ini berpusat pada mata pelajaran, misalnya unit/proyek “eceng gondok” semua aspek yang ada kaitannya dengan tumbuhan ini dibicarakan dan dianalisis.
b. Experience unit
Unit ini tidak didasarkan atas mata pelajaran, tetapi semata-mata atas pengalaman siswa/situasi kehidupan manusia (siswa).
2. Ditinjau dari kebutuhan anak :
Proyek/unit ditinjau dari kebutuhan anak/siswa hendaknya memperhatikan :
• Kesehatan dan perkembangan jasmani siswa.
• Mendapatkan pekerjaan dan untuk mencari nafkah.
• Rekreasi.
• Hubungan antar jenis kelamin.
• Hubungan sosial.
• Moral dan agama.
• Masa depan karier/lapangan pendidikan dan jabatan.
• Rumah dan keluarga.
3. Ditinjau dari waktu pelaksanaan :
a. Unit okasional.
Disebut juga sebagai unit adaptasi atau situasional, artinya diadakan sewaktu-waktu bila diperlukan, misalnya menyongsong peristiwa-peristiwa seperti menjelang hari pangan sedunia, hari kesehatan sedunia, hari ibu, hari kemerdekaan dan lain-lain.
b. Unit rutin.
Unit ini diadakan secara kontinu, misalnya diadakan setiap minggu, terakhir menjelang liburan semesteran.
c. Unit khusus.
Suatu “pilot project” misalnya pada semester terakhir seluruh kelas melakukan pengajaran unit.
d. Keuntungan.
1. Pelajaran menjadi lebih berarti.
2. Situasi belajar menjadi demokrasi dan wajar.
3. Para siswa belajar secara keseluruhan.
4. Penggunaan azas-azas didaktik secara wajar.
5. Ditetapkannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern.
6. Penggunaan sumber belajar yang luas.
e. Kerugian.
1. Sulit untuk mencari masalah untuk pengajaran unit yang sesuai dengan kebutuhan para siswa, cukup fasilitas dan sumber –sumbernya.
2. Dituntut kecakapan guru dan perhatian guru yang penuh, menyiapkan tugas-tugas individual siswa yang beragam.
3. Bahan pelajaran menjadi luas sekali, dapat masalah pokok.
0 Response to "Jenis-jenis dan Prosedur Penggunaan Metode Mengajar"
Posting Komentar