Perkembangan Moral Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapam sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didororng dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan prilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Remaja“. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai perkembangan moral remaja, proses perkembangan moral, tahap-tahap perkembangan moral remaja, faktor yang mempengaruhi serta dampak perkembangan moral yang dialami remaja.. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang “Perkembangan Moral Remaja”
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Mampu menjelaskan tentang perkembangan moral remaja.
3. Mampu menjelaskan tentang proses perkembangan moral.
4. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan moral remaja.
5. Mampu menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
6. Mampu menjelaskan tentang dampak perkembangan moral yang dialami remaja
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Perkembangan Moral Remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan moral remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1. Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
2. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1) Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2) Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3) Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu.
B. Proses perkembangan moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut:
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kyai, artis atau orang dewasa lainnya)
3. Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
C. Tahap-tahap perkembangan moral remaja
Menurut Kohlberg ada beberapa tahap perkembangan moral, diantaranya :
1. Tahap Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
Tahap 1 :
Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2:
Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
2. Tahap Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3:
Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
Tahap 4:
Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
3. Tahap Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5:
Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6:
Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
d. Faktor-faKtOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja, dimana faktor – faktor tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangannya bahkan dapat menurunkan moral dikalangan remaja. Faktor yang bisa mempengaruhi moral remaja juga mempengaruhi ketika dia menginjak dewasa.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
4. Gagal dalam studi/pendidikan
5. Peranan media massa
6. Perkembangan teknologi modern
KETERANGAN :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
4. Gagal dalam studi/pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
5. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
6. Perkembangan teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
e. DAMPAK PERKEMBANGAN MORAL YANG DIALAMI REMAJA
Dalam perkembangan moralnya, remaja yang mencapai kematangan moral akan mengalami perubahan pada dirinya sendiri, dan orang lain pun akan menyadari perubahan tersebut. Dampak dalam perkembangan moral terutama terjadi karena pengaruh dari lingkungannya sendiri.
Berikut ini adalah dampak dari perkembangan moral yang dialami oleh remaja :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan kelompoknya.
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan standar moral yang diyakininya.
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya.
KETERANGAN :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan kelompoknya.
Apabila seorang remaja telah mencapai kematangan moral pada perkembangannya maka Ia akan memiliki moral yang sudah dapat kita katakan sejalan dengan pemikiran orang dewasa, dimana remaja tersebut sudah memiliki standar moral yang diakui dan diyakini oleh dirinya sendiri, misalnya apabila ada suatu perbuatan atau perilaku yang tidak baik dilakukan oleh orang lain Ia sudah dapat memutuskannya sendiri bahwa apa yang terjadi tersebut sudah tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dan tidak baik dilakukan.
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan standar moral yang diyakininya.
Jika seorang remaja berpendapat bahwa yang Ia lakukan salah dan tidak baik untuk dilakukan dan Ia merasa bersalah atas perbuatannya, itu merupakan suatu bukti bahwa remaja tersebut telah mencapai kematangan moral, karena Ia sudah dapat dan mampu untuk berpikir lebih atas segala tindakan dan perbuatan yang dilakukannya sendiri.
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya.
Seorang remaja akan memiliki rasa malu apabila Ia sadar terhadap penilaian buruk yang diberikan oleh orang yang disekitarnya, ini juga merupakan dampak dari perkembangan moral remaja yang terjadi, jika orang – orang yang berada disekitarnya menyadarkan dirinya akan perbuatan atau tindakan yang seharusnya tidak Ia lakukan karena perbuatan tersebut tidak baik maka Ia akan merasa malu dan bersalah atas tindakan yang dilakukannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja, dimana faktor – faktor tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangannya bahkan dapat menurunkan moral dikalangan remaja yaitu :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
4. Gagal dalam studi/pendidikan
5. Peranan media massa
6. Perkembangan teknologi modern
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapam sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didororng dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan prilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Remaja“. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai perkembangan moral remaja, proses perkembangan moral, tahap-tahap perkembangan moral remaja, faktor yang mempengaruhi serta dampak perkembangan moral yang dialami remaja.. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang “Perkembangan Moral Remaja”
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Mampu menjelaskan tentang perkembangan moral remaja.
3. Mampu menjelaskan tentang proses perkembangan moral.
4. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan moral remaja.
5. Mampu menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
6. Mampu menjelaskan tentang dampak perkembangan moral yang dialami remaja
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Perkembangan Moral Remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan moral remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1. Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
2. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1) Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2) Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3) Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu.
B. Proses perkembangan moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut:
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral
2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kyai, artis atau orang dewasa lainnya)
3. Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
C. Tahap-tahap perkembangan moral remaja
Menurut Kohlberg ada beberapa tahap perkembangan moral, diantaranya :
1. Tahap Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
Tahap 1 :
Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2:
Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
2. Tahap Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3:
Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oleh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
Tahap 4:
Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
3. Tahap Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5:
Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6:
Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
d. Faktor-faKtOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja, dimana faktor – faktor tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangannya bahkan dapat menurunkan moral dikalangan remaja. Faktor yang bisa mempengaruhi moral remaja juga mempengaruhi ketika dia menginjak dewasa.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
4. Gagal dalam studi/pendidikan
5. Peranan media massa
6. Perkembangan teknologi modern
KETERANGAN :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
4. Gagal dalam studi/pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
5. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
6. Perkembangan teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
e. DAMPAK PERKEMBANGAN MORAL YANG DIALAMI REMAJA
Dalam perkembangan moralnya, remaja yang mencapai kematangan moral akan mengalami perubahan pada dirinya sendiri, dan orang lain pun akan menyadari perubahan tersebut. Dampak dalam perkembangan moral terutama terjadi karena pengaruh dari lingkungannya sendiri.
Berikut ini adalah dampak dari perkembangan moral yang dialami oleh remaja :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan kelompoknya.
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan standar moral yang diyakininya.
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya.
KETERANGAN :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan kelompoknya.
Apabila seorang remaja telah mencapai kematangan moral pada perkembangannya maka Ia akan memiliki moral yang sudah dapat kita katakan sejalan dengan pemikiran orang dewasa, dimana remaja tersebut sudah memiliki standar moral yang diakui dan diyakini oleh dirinya sendiri, misalnya apabila ada suatu perbuatan atau perilaku yang tidak baik dilakukan oleh orang lain Ia sudah dapat memutuskannya sendiri bahwa apa yang terjadi tersebut sudah tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dan tidak baik dilakukan.
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan standar moral yang diyakininya.
Jika seorang remaja berpendapat bahwa yang Ia lakukan salah dan tidak baik untuk dilakukan dan Ia merasa bersalah atas perbuatannya, itu merupakan suatu bukti bahwa remaja tersebut telah mencapai kematangan moral, karena Ia sudah dapat dan mampu untuk berpikir lebih atas segala tindakan dan perbuatan yang dilakukannya sendiri.
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya.
Seorang remaja akan memiliki rasa malu apabila Ia sadar terhadap penilaian buruk yang diberikan oleh orang yang disekitarnya, ini juga merupakan dampak dari perkembangan moral remaja yang terjadi, jika orang – orang yang berada disekitarnya menyadarkan dirinya akan perbuatan atau tindakan yang seharusnya tidak Ia lakukan karena perbuatan tersebut tidak baik maka Ia akan merasa malu dan bersalah atas tindakan yang dilakukannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral remaja, dimana faktor – faktor tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangannya bahkan dapat menurunkan moral dikalangan remaja yaitu :
1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
3. Tekanan psikologi yang dialami remaja
4. Gagal dalam studi/pendidikan
5. Peranan media massa
6. Perkembangan teknologi modern
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
3 Maret 2016 pukul 13.24
Saya menyukai tulisan anda. Proficiat utk kamu, tingkatkan kemampuan menulis anda. Salam Sukses
23 Juni 2021 pukul 19.39
Tampilan yang menarik dan mudah di pahami