Perkembangan Sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”
Dictionary of Psychology mendefenisikan emosi sebagai sesuatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Perasaan adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik secara perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai perkembangan sosial dan perkembangan emosi remaja. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan mengenai perkembangan sosial ?
2. Menjelaskan mengenai perkembangan emosi ?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah perkembangan peserta didik.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai perkembangan social dan emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERKEMBANGAN SOSIAL
A. Pengertian Perkembangan Social
Yusuf (2007) menyatakan bahwa “Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama”.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”.
B. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
1. Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
2. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.
3. Menurut Erick Erison “Bahwa pada masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri”. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
4. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2. PERKEMBANGAN EMOSI
A. Pengertian Emosi
Emosi termasuk dalam ranah afektif, karena banyak berpengaruh pada fungsi- fungsi psikis seperti pengamatan tanggapan, pemikiran dan kehendak, individu akan mampu melakukan pengamatan jika disertai dengan emosi yang baik.
Menurut Golleman (1995) seorang ahli pakar emosional, mendefenisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harafiah yang diambil dari Oxford English Dictionary: setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat yang emluap-luap.Lebih lanjut ia mengatakan emosi merujuk kepada sesuatu perasakeasaanan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serangkaian kecenderungan unutk bertindak.
Menurut Chaplin(1989) dalam Dictionary of Psychology mendefenisikan emosi sebagai sesuatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Perasaan adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik secara perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
B. Bentuk-bentuk Emosi
Golleman mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi yaitu sebagai berikut:
1. Amarah, brutal, menagmuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, raa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan tindak patologis.
2. Kesediahn, pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mangasihani diri, kesepeian, ditolak, putus asa, depresi.
3. Rasa takut di dalam diri yang meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan tkut sekali, sedih, wasapada, tidk tenaga, ngeri, kecut, panic dan phobia.
4. Kenikmaytan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan duniawi, takjub terpesona, puas, rasa trpenuhi, senagng sekali dan mania.
5. Cinta, penerimaan persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
6. Terkejut, terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel didlamnya hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8. Malu, didalamnya meliputi bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina dan hati hancur lebur.
C. Hubungn Antara Emosi Dan Tingka Laku
Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkan Goleman(1995) mengemukakan sejumlah cirri utama pikiran emosional sebgai bukti bahwa emosi emmainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku inidividu:
1. Respons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa emmpertimbnangkan apapun yang akan dilakukannya, karena kecepatan itu sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh.
2. Mendahulukan Perasaan kemudian Pikiran
Pada dasarnya pikiran rasional sesungguhnya emmbutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan denagn pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati dan emosi, kemudian dorongan pikiran.
Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran.Reaksi emosional gerak seperti ini lebih tampak menonjol dalm situasi mendesak dan membutuhkan penyelamatan diri.
3. Memperlakukan Realitas sebagai realitas Simbolik
Logika ukiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat assosiatif artinya memandang unsure-unsur yang melambangkan suatu realitas itu emnjadi realitas itu sendiri.
4. Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang
Sejumlah cirri atau peristiwa tampak serupa dengan kengangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang di ingat.
5. Realitas yang Ditentukan oleh Keadaan
Cara seorang nerpikir dan bertindak pada saat merasa sengan dan romantic akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika dalam keadaan sedih, marah atau cemas. Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan di diktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Teori yang menjelaskan keadaan kecerdasan emosional:
1. Teori Sentral
2. Teori Peripheral
3. Teori Kepribadian
4. Teori Kedaruratan Emosi
D. Ciri-ciri Perkembangan Emosi Remaja
1. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangta cepat dari anggota tubuh. Pada tahap ini pertumbuhan hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang, ketidak seimbangan tubuh sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja seperti perubahan hormone, jenis kulit yang membuat remaja merasa tidak nyaman dengan perubahan baru tersebut.
2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri sehingga ada yang bersifat otoriter, memnjakan anak, acuh-tka acuh, tepai ada juga dengan penuh kasih sayang. Perbedaan pola asuh seperti ini dapat berpengaruh tehadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
3. Perubahan interaksi Dengan teman Sebaya
Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa ini adlah hubungna cinta dengan teman lawan jenis.pada masa remaja tengah biasanya remaja benar-benar jatuh cinta dengan teman lawan jenisnya,tidak jarang orang tua merasa gelisah ketika anaknya jatuh cinta,Gangguan emoaional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan.
4. Factor Pandangan Luar
a. Sikap dunia luar kadang tidak konsisten, kadang mereka dianggap dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar atau sebgaimana orang dewasa.
b. Dunia luar atau masyarakat menerpakan nilai berbeda untuk remaja laki-laki dan preempuan, sebaliknya apabila remaja perempuan mempumyai teman banyak laki-laki sering dianggap tidaak baik.
c. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilaoi moral.
5. Perubahan Interaksi dengan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang di idealkan oleh anak sebelum menginjak remaja, guru merupakan tookoh yang sangat penting karena selain tokoh intelektual guru juga merupakan tokoh otoritas abgi para pesertadidiknya, tidak jarang terjadi bahwa dengan figure sebagai tokoh tersebut guru memberikan ancaman tertentu kepada para peserta didiknya. Peristiwa ini sering tidak idasadari oleh para guru bahwa dengan ancaman itu menimbulakna stimulus negative bagi remaja.
Dalam pembaruan, remaja sering terbentur pada nilai yang tidak dapat mereka terima atau sama sekali bertentangn dengan nilai yang menarik bagi mereka. Pda saat itulah timbul idelaismw unutk mengubah lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
Emosi termasuk dalam ranah afektif, karena banyak berpengaruh pada fungsi- fungsi psikis seperti pengamatan tanggapan, pemikiran dan kehendak, individu akan mampu melakukan pengamatan jika disertai dengan emosi yang baik.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”
Dictionary of Psychology mendefenisikan emosi sebagai sesuatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Perasaan adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik secara perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai perkembangan sosial dan perkembangan emosi remaja. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan mengenai perkembangan sosial ?
2. Menjelaskan mengenai perkembangan emosi ?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah perkembangan peserta didik.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai perkembangan social dan emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERKEMBANGAN SOSIAL
A. Pengertian Perkembangan Social
Yusuf (2007) menyatakan bahwa “Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama”.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”.
B. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
1. Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
2. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.
3. Menurut Erick Erison “Bahwa pada masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri”. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
4. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
2. PERKEMBANGAN EMOSI
A. Pengertian Emosi
Emosi termasuk dalam ranah afektif, karena banyak berpengaruh pada fungsi- fungsi psikis seperti pengamatan tanggapan, pemikiran dan kehendak, individu akan mampu melakukan pengamatan jika disertai dengan emosi yang baik.
Menurut Golleman (1995) seorang ahli pakar emosional, mendefenisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harafiah yang diambil dari Oxford English Dictionary: setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat yang emluap-luap.Lebih lanjut ia mengatakan emosi merujuk kepada sesuatu perasakeasaanan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serangkaian kecenderungan unutk bertindak.
Menurut Chaplin(1989) dalam Dictionary of Psychology mendefenisikan emosi sebagai sesuatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Perasaan adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik secara perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
B. Bentuk-bentuk Emosi
Golleman mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi yaitu sebagai berikut:
1. Amarah, brutal, menagmuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, raa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan tindak patologis.
2. Kesediahn, pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mangasihani diri, kesepeian, ditolak, putus asa, depresi.
3. Rasa takut di dalam diri yang meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan tkut sekali, sedih, wasapada, tidk tenaga, ngeri, kecut, panic dan phobia.
4. Kenikmaytan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan duniawi, takjub terpesona, puas, rasa trpenuhi, senagng sekali dan mania.
5. Cinta, penerimaan persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
6. Terkejut, terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel didlamnya hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8. Malu, didalamnya meliputi bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina dan hati hancur lebur.
C. Hubungn Antara Emosi Dan Tingka Laku
Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkan Goleman(1995) mengemukakan sejumlah cirri utama pikiran emosional sebgai bukti bahwa emosi emmainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku inidividu:
1. Respons yang Cepat Tetapi Ceroboh
Pikiran emosional jauh lebih cepat daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa emmpertimbnangkan apapun yang akan dilakukannya, karena kecepatan itu sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh.
2. Mendahulukan Perasaan kemudian Pikiran
Pada dasarnya pikiran rasional sesungguhnya emmbutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan denagn pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati dan emosi, kemudian dorongan pikiran.
Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran.Reaksi emosional gerak seperti ini lebih tampak menonjol dalm situasi mendesak dan membutuhkan penyelamatan diri.
3. Memperlakukan Realitas sebagai realitas Simbolik
Logika ukiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat assosiatif artinya memandang unsure-unsur yang melambangkan suatu realitas itu emnjadi realitas itu sendiri.
4. Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang
Sejumlah cirri atau peristiwa tampak serupa dengan kengangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang di ingat.
5. Realitas yang Ditentukan oleh Keadaan
Cara seorang nerpikir dan bertindak pada saat merasa sengan dan romantic akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika dalam keadaan sedih, marah atau cemas. Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan di diktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Teori yang menjelaskan keadaan kecerdasan emosional:
1. Teori Sentral
2. Teori Peripheral
3. Teori Kepribadian
4. Teori Kedaruratan Emosi
D. Ciri-ciri Perkembangan Emosi Remaja
1. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangta cepat dari anggota tubuh. Pada tahap ini pertumbuhan hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang, ketidak seimbangan tubuh sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja seperti perubahan hormone, jenis kulit yang membuat remaja merasa tidak nyaman dengan perubahan baru tersebut.
2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri sehingga ada yang bersifat otoriter, memnjakan anak, acuh-tka acuh, tepai ada juga dengan penuh kasih sayang. Perbedaan pola asuh seperti ini dapat berpengaruh tehadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
3. Perubahan interaksi Dengan teman Sebaya
Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa ini adlah hubungna cinta dengan teman lawan jenis.pada masa remaja tengah biasanya remaja benar-benar jatuh cinta dengan teman lawan jenisnya,tidak jarang orang tua merasa gelisah ketika anaknya jatuh cinta,Gangguan emoaional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan.
4. Factor Pandangan Luar
a. Sikap dunia luar kadang tidak konsisten, kadang mereka dianggap dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar atau sebgaimana orang dewasa.
b. Dunia luar atau masyarakat menerpakan nilai berbeda untuk remaja laki-laki dan preempuan, sebaliknya apabila remaja perempuan mempumyai teman banyak laki-laki sering dianggap tidaak baik.
c. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilaoi moral.
5. Perubahan Interaksi dengan sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang di idealkan oleh anak sebelum menginjak remaja, guru merupakan tookoh yang sangat penting karena selain tokoh intelektual guru juga merupakan tokoh otoritas abgi para pesertadidiknya, tidak jarang terjadi bahwa dengan figure sebagai tokoh tersebut guru memberikan ancaman tertentu kepada para peserta didiknya. Peristiwa ini sering tidak idasadari oleh para guru bahwa dengan ancaman itu menimbulakna stimulus negative bagi remaja.
Dalam pembaruan, remaja sering terbentur pada nilai yang tidak dapat mereka terima atau sama sekali bertentangn dengan nilai yang menarik bagi mereka. Pda saat itulah timbul idelaismw unutk mengubah lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
Emosi termasuk dalam ranah afektif, karena banyak berpengaruh pada fungsi- fungsi psikis seperti pengamatan tanggapan, pemikiran dan kehendak, individu akan mampu melakukan pengamatan jika disertai dengan emosi yang baik.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
0 Response to "Perkembangan Sosial"
Posting Komentar