Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran
merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah
satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu
adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran
hendaknya diletakkan dan dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun
sebuah Rencana Pembelajaran, yang akan mewarnai komponen-komponen perencanan
lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Proses dan Hasil Belajar
Faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar :
1. Faktor raw
input (yakni factor murid / anak itu sendiri) di mana tiap anak memiliki
kondisi yang berbeda-beda dalam :
a.
Kondisi fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor
yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan
menjadi dua macam.
Pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun
siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic,
mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
b.
Kondisi Psikologis
Ø kecerdasan
/intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai
kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar
siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting
dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka
dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang
telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto
2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata rendah
|
70 – 79
|
Batas lemah mental
|
20 — 69
|
Lemah mental
|
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan
tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
A. Kelompok kecerdasan amat
superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B. Kelompok kecerdasan superior
merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
C. Kelompok rata-rata tinggi
(high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
D. Kelompok rata-rata (average)
merentang antara IQ 90—IQ 109;
E. Kelompok rata-rata rendah (low
average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
F. Kelompok batas lemah
mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
G. Kelompok kecerdasan lemah
mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam
kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat
diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik
berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata,
atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar
seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu
megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
Ø Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang
memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong
siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan
arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah
perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua
factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak
perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk
dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan
ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif dan
kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanaya keinginan untuk
mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d. Adanya kebutuhan untuk
menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar
diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya.
Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat
belajar seseorang menjadi lemah.
Ø Minat
Secara sederhana,minaat
(interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara
yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan
dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam
hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh
siswa sesuai dengan minatnya.
Ø Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang
studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
Ø Bakat
Faktor
psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi
untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang
berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain
selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki
setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2. Faktor
environmental input (yaitu factor lingkungan), baik itu lingkungan alami
ataupun lingkungan sosial.
a.
Lingkungan Alami
seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah
tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terlambat.
b.
Lingkungan sosial
a.
Lingkungan
social sekolah, seperti ggggggguru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang
simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.
Lingkungan
social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan
social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
3. Faktor
instrumental input, yang didalamnya
antara lain terdiri dari :
1.
Kurikulum
2.
Program / Bahan ajar
3.
Sarana dan fasilitas
4.
Guru (tenaga pengajar)
Faktor
pertama dapat disebut sebagai “factor dari dalam” dan factor kedua dan ketiga
disebut sebagai “factor dari luar”
B.
Perlunya Motivasi dan Tujuan Belajar
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya
pada proses belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan motivasi
yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa
akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Barang siapa yang belajar dari
motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh
karena itu, guru perlu memeliharah motivasi pelajaran dan semua yang berkaitan
dengan motivasi, seperti kebutuhan, keinginan dan lain-lain.metode dan cara
mengajar yang digunakan harus mampu menimbulka sikap positif belajar dan gemar
belajar.
Selain harus memperhatikan motivasi seperti yang diuraikan di atas, guru
perlu memperhatikan tujuan pengjaran. Mengapa memikirkan tujuan pengajaran
merupakan hal yang mat penting ? karena
tujuan itu justru akan membantu guru dalam mencari bahan yang akan
diajarkannya, serta akan membulatkan susunan pengajarannya. Tujuan yang
dirumuskan secara jelas memungkinkan guru membuat ujian secara mudah pula. Bila
sebelumnya sudah ditentukan apa saja yang perlu diketahui oleh siswa, maka
selanjutnya dapat ditentukan pula apa saja yang dapat dinyatakan kepada mereka.
C.
Perlunya Mengetahui Taraf Kematangan dan Perbedaan
Individu
Keharusan
bagi setiap guru untuk mengetahui taraf kematangan yang telah dicapai siswa
serta taraf kesediaanya untuk belajar adalah mutlak. Guru harus menjaga taraf
kematangan dan taraf kesediaan siswa pada setiap proses belajar dan pada setiap
pengalaman yang ngi dipelajarinya. Hal ini dilakukan agar usahanya berhasil dan
menjamin siswa dapat mengambil manfaat dari unsure-unsur yang dilakukannya
dalam pengajaran, bimbingan, dan pelatihan. Oleh karena itu, guru berbicara
dengan mereka sesuai dengan akal, taraf pengamatan dan pemahaman mereka. Guru
tidak bercakap dengan kanak-kanak dengan bahasa bagi orang dewasa dan
sebaliknya. Disamping itu, ia harus mengajar mereka sesuai dengan kematangan
jasmani, akal, dan emosi mereka.
Di dalam
mengajar, guru harus memulai dar yang mudah kepada yang kompleks, daru yang
telah diketahui kepada yang belum diketahui, dari yang konkret kepada yang
abstrak, dan seterusnya. Taraf kematangan dan kesiapan belajar ini sangat
berkaitan erat dengan perkembangan intelektual anak. Menurut penelitian J.
Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam tiga taraf yaitu :
1.
Fase Pra Operasional, sapai 5 – 6 tahun, masa pra
sekolah pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara
perasaan dan motif pribadinnya dengan realitas dunia luar. Misalnya ia
mengatakan matahari bergerak karena didorobg Tuhan dan bintang-bintang, Ia juga
belum dapat memahami dasar matematika dan fisika yang fundamental bahwa suatu
jumlah tidak berubah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini, kemungkinan untuk
menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
2.
Fase operasional konkret. Operasional ini
dimaksudkan untuk memperolehdata tentang dunia
realita dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga
dapat disusun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam pemecahan
masalah. Bola bilyar yang digulingkan ke tepi meja akan dipantulkan menurut
susut bola itu mengnai tepi meja itu. Pada taraf ini si anak dalam menghadapi
suatu masalah telah dapat melakukan dalam pikirannya karena ia telah memiliki
symbol yang menggambarkan dunia. Namun pada taraf ini, ia hanya dapat
memecahkan masalah yang berlangsung dihadapinya secara nyata atau konkret.
3.
Fase operasional formal. Pada taraf ini anak telah
sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis dan tidak lagi
dibatasi oleh apa yang langsung dihadapinnya atau apa yang telah dialami
sebelumnya atau hubungan-hubungan yang dapat diselidiki keberadaanya melalui
percobaan dan observasi. Operasi intelektual yang dilakukan oleh anak pada
taraf iini telah banyak persamaanya dengan yang dilakukan oleh ilmuwan. Ia
telah dapat memberikan pernyataan formal tentang ide-ide konkret.
Disamping
hal-hal yang telah dikemukakan diatas di dalam mengajar, guru perlu
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual di antara para siswa. Pendidik
telah mengetahui adanya perbedaan para murid-muridnya.
Perbedaan-perbedaan
tu antara lain :
a.
Wktu dan irama perkembangan.
b.
Motf, intelegensi, dan emosi.
c.
Kecepatan belajar atau menangkap pelajaran
d.
Pembawaan dan linkungan.
Perbedaan-perbedaan
itu menyebabkanhasil belajar mereka berbeda-beda dan waktu yang diperlukan
untuk memahami pelajaran yang ditentukan akan berbeda pula. Maka dari itu,
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru mempunyai tugasuntuk
memberikan pelayanan yang tepat dan menyediakan waktu yang cukup supaya para
siswa cepat dan tuntas menguasai materi pelajaran sehingga tujuan yang hendak dicapai
dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
Salah
satu tujuan dari penentuan strategi belajar mengajar adalah agar
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar tidak lepas dari interaksi belajar mengajar. Interkasi
belajar mengajar diidentifikasi sebagai adanya kegiatan dari guru yang
melaksanakan tugasmengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa) yang
sedang melaksanakankegiatan belajar di pihak lain. Secara singkat, interaksi
belajar mengajar merupakan interaksi yang berlangsung antara guru dengan
siswa dalam rangkamencapai tujuan pembelajaran. Interaksi belajar mengajar
mempunyai ciri-cirisebagai berikut:
ada tujuan yang jelas akan dicapai, ada bahan yang menjadi isiinteraksi,
ada siswa yang aktif mengalami, ada guru yang melaksanakan, adametode tertentu
untuk mencapai tujuan, ada situasi yang memungkinkan prosesinteraksi dengan
baik, dan ada penilaian terhadap hasil interaksi. Tujuan dalammelakukan
interaksi belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
0 Response to "Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar"
Posting Komentar